Skip to main content

Mahasiswa dan Rakyat Bodoh -vs- Penguasa

”Dan kepada rakyat aku ingin tunjukkan, bahwa mereka dapat mengharapkan perbaikan-perbaikan dari keadaan dengan menyatukan diri di bawah pimpinan patriot-patriot universitas,” -Soe Hok Gie-.

Pernyataan seorang mantan aktivis 60-an diatas mungkin menjadi inspirasi dan kekuatan bagi para agen-agen perubahan, yaitu mahasiswa yang masih tetap setia untuk menggandeng dan mengibarkan bendera reformasi yang juga merupakan produk dari perjuangan mahasiswa tahun 1998 serta memiliki nilai sejarah yang sangat berarti bagi perjalanan bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini. Banyak penderitaan serta pengorbanan seiring dengan lahirnya pemikiran-pemikiran baru untuk suatu perubahan dari para mahasiswa Indonesia hingga saat ini dan membuktikan kita betapa mahalnya suatu perjuangan itu.

Reformasi yang menjadi cover dari sistem demokrasi yang sedang kita terapkan saat ini ternyata masih banyak dikotori oleh kaum-kaum oportunis dan para penguasa di negeri ini. Sistem demokrasi yang seyogianya menjadi kekuatan bagi rakyat untuk mendapatkan kemerdekaan atas hak-hak mereka telah dimanfaatkan oleh para penguasa yang terbukti mampu mendominasi hak legitimasi yang didapatkan melalui kekuasaan dan kepintaran yang mereka miliki.

Rakyat kecil dan bodoh yang memang masih sangat banyak di negeri ini hanya sebagai komoditi politik bagi elit-elit pintar dan yang dikenal “bijaksana” itu. Rakyat yang seharusnya dijamin oleh supremasi hukum juga tiada tercipta lagi oleh karena kekotoran lembaga-lembaga keadilan yang selama ini memakai hukum hanya sebagai alat pemukul bagi rakyat-rakyat bodoh yang tidak mengerti hukum dan sebaliknya menjadi kekuatan untuk memukul yang dipakai oleh orang-orang “pintar” untuk menghekang segala upaya yang dapat mengganggu kepentingan dan posisi kekuasaan mereka. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan amanat Pancasila telah berganti menjadi keadilan sosial bagi “segelintir” rakyat Indonesia. Hukum menjadi perangkat politik ! Bukankah seharusnya hukum itu independent atau merdeka ?

Banyak fakta-fakta pelanggaran dan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga penegak hukum di Indonesia ini. Tulisan ini akan di sambung dengan pembeberan fakta-fakta tersebut di kesempatan berikutnya. Ini hanya sebagai pendahuluan untuk memancing refleksi kita akan perjalanan bangsa yang sebentar lagi akan kita rayakan kelahirannya yang ke-64 pada 17 Agustus mendatang. Selamat menyambut Dirgahayu Setengah Merdeka Republik Indonesia.

Hidup Rakyat Indonesia
Salam Mahasiswa Indonesia
Wujudkan demokrasi sepenuhnya untuk rakyat

Comments

Popular posts from this blog

Indonesia Menggugat

"PERGERAKAN tentu lahir. Toh... Diberi hak-hak atau tidak diberi hak-hak; diberi pegangan atau tidak diberi pegangan; diberi penguat atau tidak diberi penguat, --tiap-tiap machluk, tiap-tiap ummat, tiap-tiap bangsa tidak boleh tidak, pasti achirnja berbangkit, pasti achirnja bangun, pasti achirnja menggerakkan tenaganja, kalau ia sudah terlalu sekali merasakan tjelakanja diri teraniaja oleh suatu daja angkara murka! Djangan lagi manusia, djangan lagi bangsa, --walau tjatjingpun tentu bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit!" Dengan berapi-api Soekarno membacakan pembelaannya (pledoi) di depan hakim di Pengadilan Landraad Bandoeng, 76 tahun silam. Soekarno muda mencoba memaparkan ihwal pergerakan yang dipercayainya dapat membebaskan bangsa Indonesia dari kolonialisme. Pemerintah Hindia Belanda memang sengaja memejahijaukan Soekarno dan tiga kawannya dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI), yaitu Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja dengan berbagai tuduhan. P...

PERLU KOMITMEN POLITIK YANG KUAT UNTUK MEMBANGUN DANAU TOBA

Perlunya membangun komitmen politik yang kuat antara masyarakat, lembaga sawadaya masyarakat terutama pemerintah yang bertanggungjawab atas kondisi Danau Toba saat ini. Demikian disampaikan Dr. R.E Nainggolan dalam pemaparannya dalam acara seminar sehari Pembangunan Danau Toba: Ekonomi, Budaya, Pariwisata dan Lingkungan Kawasan Danau Toba. Hal-hal lain juga yang disampaikan oleh pembicara (narasumber) yang lain, antara lain: Prof. DR. Bungaran Antonius Simanjuntak dan Parlindungan Purba (DPD-RI asal Sumut). Pembangunan infrastruktur, pendidikan masyarakat, motivasi serta pelatihan yang harus terus dibekali kepada masyarakat di kawasan Danau Toba. Danau Toba adalah milik semua, bukan hanya orang Batak di Sumut, bukan hanya milik masyarakat Indonesia, tetapi milik dunia. Maka sangat berpotensi apabila Danau Toba secara makasimal dibangun, karena akan emnghasilkan pendapatan/ penghasilana yang akan mensejahterakan rakyat. Semoga apa yang ditawarkan melalui seminar ini, konsep-konsep...

MY sue

(By: Roy Sinaga) Read out in court in the District Court of Medan (10/06/2009) Panel of Judges is noble, Dear Attorney General, Legal Counsel and Gentlemen, And the spectators who I respect and be proud of, In the Medan District Court trial in this, let me express gratitude for the opportunity and time given to me to convey the expression of feelings and thoughts into unrest and anxiety in my mind that will express through my defense of this Memorandum. Preliminary Panel of Judges is noble, On this day Tuesday, October 6, 2009, had 238 days I went through this ugly reality, which is calculated since I was set and was detained as a suspect by the authorities. Where have I passed 106 days in detention and subsequent Poltabes Medan at the detention class 1 Medan Tanjung Gusta. Day after day I pass by full of questions and reflections that always makes me nervous. I always ask the authorities, ask the people around me, ask the governing law. Fidget with a totally new place for me, anxious ...